Total Tayangan Halaman

Minggu, 29 Januari 2012

Surat An-Nūr (The Light) - سورة النور

Enlarge Text
Shrink Text
بسم الله الرحمن الرحيم
24:1
Indonesian
(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.
24:2
Indonesian
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
24:3
Indonesian
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.
24:4
Indonesian
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.
24:5
Indonesian
kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
24:6
Indonesian
Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.
24:7
Indonesian
Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.
24:8
Indonesian
Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.
24:9
Indonesian
dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.
24:10
Indonesian
Dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).
24:11
Indonesian
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.
24:12
Indonesian
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata".
24:13
Indonesian
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.
24:14

MENUNGGU HUJAN

Bocah- bocah cIlik berlari dalam tarian mendung
langit tak lagi ramah – pekat
gugurkan butiran air ke muka bumi
serpihan alam bergeser
aroma kebusukan dibilas dingin cuaca
sepancong kopi saring,
dan beberapa potong tahu goreng,
setia menemani hariku
hujan kian mengental
lantas menggenang dalam benak orang-orang
pencari kebajikan
o – berapa lama kuharus berdiam
sedang lambung imajiku membuncit
kalau memang ini merupakan garis takdir
menepilah barang sejenak
biar kutadah dalam isyarat makna
dan kita harus bersepakat dalam kata
agar takzimku tetap indah dikenang.


Posko DSI Kembang Gula, 30 November 2011.
Puisi ini karya: Wyaz Ibn Sinentang

Rabu, 25 Januari 2012

MAKAMSENDANG DUWUR

Linked From Here
The Web
This Blog




Linked From Here




The Web





Thursday, December 15, 2011
JADWAL PERSELA ISL 2011-2012


PUTARAN PERTAMA I

TANGGAL*HOME*AWAY*STADIUM
06-12-2011*AREMA INDONESIA*PERSELA*Kanjuruhan
10-12-2011*GRESIK UNITED*PERSELA*PETROKIMIA
14-12-2011*PERSIBA BALIKPAPAN*PERSELA*Persiba, Komplek Pertamina Parikesit
04-01-2012*PERSELA*SRIWIJAYA FC*Surajaya
08-01-2012*PERSELA*PERSIRAM*Surajaya
14-01-2012*DELTRAS*PERSELA*Gelora Delta
18-01-2012*PERSIDAFON*PERSELA*Mandala
22-01-2012*PERSELA*PSAP*Surajaya
28-01-2012*PERSELA*PSMS*Surajaya
02-02-2012*MITRA KUKAR*PERSELA*AJI IMBUT
06-02-2012*PERSISAM*PERSELA*Segiri Samarinda
15-02-2012*PERSELA*PERSIJA*Surajaya
19-02-2012*PERSELA*PSPS*Surajaya
11-03-2012*PERSIB*PERSELA*Si Jalak Harupat, Soreang
14-03-2012*PELITA JAYA*PERSELA*Singaperbangsa
25-03-2012*PERSELA*PERSIWA*Surajaya
28-03-2012*PERSELA*PERSIPURA*Surajaya

PUTARAN KE II


10-04-2012*PERSIPURA*PERSELA*Mandala
14-04-2012*PERSIWA*PERSELA*Pendidikan
29-04-2012*PERSELA*PERSIB*Surajaya
02-05-2012*PERSELA*PELITA JAYA*Surajaya
13-05-2012*PERSIJA*PERSELA*Utama Gelora Bung Karno
17-05-2012*PSPS*PERSELA*Kuantan Singingi Sport Center
31-05-2012*PERSELA*MITRA KUKAR*Surajaya
03-06-2012*PERSELA*PERSISAM*Surajaya
09-06-2012*PSMS*PERSELA*Teladan
13-06-2012*PSAP*PERSELA*KUTA ASAN
18-06-2012*MITRA KUKAR*PERSIBA BALIKPAPAN*AJI IMBUT
24-06-2012*PERSELA*PERSIDAFON*Surajaya
28-06-2012*PERSELA*DELTRAS*Surajaya
05-07-2012*PERSIRAM*PERSELA*Lebak Bulus
08-07-2012*SRIWIJAYA FC*PERSELA*Gelora Sriwijaya, Jakabaring
12-07-2012*PERSELA*GRESIK UNITED*Surajaya
17-07-2012*PERSELA*PERSIBA BALIKPAPAN*Surajaya
29-07-2012*PERSELA*AREMA INDONESIA*Surajaya

Selasa, 11 Oktober 2011

PANTUN.

From Wikipedia, the free encyclopedia

The pantun is a Malay poetic form. The pantun originated as a traditional oral form of expression. The first examples to be recorded appear in the 15th century in the Malay Annals and the Hikayat Hang Tuah. The most common theme is love.

In its most basic form the pantun consists of a quatrain which employs an abab rhyme scheme. A pantun is traditionally recited according to a fixed rhythm and as a rule of thumb, in order not to deviate from the rhythm, every line should contain between eight and 12 syllables. "The pantun is a four-lined verse consisting of alternating, roughly rhyming lines. The first and second lines sometimes appear completely disconnected in meaning from the third and fourth, but there is almost invariably a link of some sort. Whether it be a mere association of ideas, or of feeling, expressed through assonance or through the faintest nuance of a thought, it is nearly always traceable" (Sim, page 12). The pantun is highly allusive and in order to understand it readers generally need to know the traditional meaning of the symbols the poem employs. An example (followed by a translation by Katharine Sim):

Tanam selasih di tengah padang,

Sudah bertangkai diurung semut,

Kita kasih orang tak sayang,

Halai-balai tempurung hanyut.

I planted sweet-basil in mid-field

Grown, it swarmed with ants,

I loved but am not loved,

I am all confused and helpless.

According to Sim, halai-balai tempurung hanyut literally means "a floating coconut shell at sixes and sevens". Selasih (sweet basil) means "lover", because it rhymes with kekasih. Other frequently recurring symbols are the flower and the bee meaning the girl and her lover, the squirrel (tupai) meaning a seducer, and the water hyacinth (bunga kiambang) meaning love that will not take root. Pantuns often make use of proverbs as well as geographical and historical allusions, for example the following poem by Munshi Abdullah:

Singapura negeri baharu,

Tuan Raffles menjadi raja,

Bunga melur, cempaka biru,

Kembang sekuntum di mulut naga.

Singapore is a new country,

Tuan Raffles has become its lord,

Indian jasmine, frangipanni,

Blossoms one flower in the dragon's mouth. (Translated by Sim, p.40)

This alludes to the foundation of Singapore in 1819 by Sir Stamford Raffles. The last line means a girl who is protected by a powerful man and Sim suggests this may refer to Raffles' wife Olivia.

Sometimes a pantun may consist of a series of interwoven quatrains, in which case it is known as a pantun berkait. This follows the abab rhyme scheme with the second and fourth lines of each stanza becoming the first and third lines of the following stanza. Finally, the first and third lines of the first stanza become the second and fourth lines of the last stanza, usually in reverse order so that the first and last lines of the poem are identical. This form of pantun has exercised the most influence on Western literature where it is known as the pantoum.